H
|
ari PGRI telah berlalu. Sebagian
guru senang hari itu datang dan sebagian juga mungkin menganggap itu hanya hari
biasa yang berarti sama dengan hari-hari yang selalu dilewati. Itu hal yang
mungkin saja terjadi namun kebanyakan atau sebagian banyak guru pasti bahagia
dengan datangnya hari itu. Namun yang perlu dipertanyakan adalah apa effect dari hari itu bagi guru-guru?
Dewasa
ini banyak pelajar-pelajar yang mati karena tawuran antar sekolah dan juga
konflik-konflik yang ditimbulkan oleh pelajar-pelajar bangsa seumuran kita yang
telah membuat pemerintah kewalahan. Apakah ini karena pendidikan mereka? Lalu
jika yang salah pendidikan mereka maka siapa yang mendidik mereka? Jelas yang
mendidik pelajar adalah guru. Jadi apakah guru yang salah? Bukan hanya guru
yang salah tetapi kita sebagai pelajar juga salah.
Banyak
yang salah dalam pendidikan di Negara Indonesia saat ini tak seperti dahulu
waktu zaman penjajahan Jepang yang dimana banyak pelajar yang terlahir menjadi
menteri-menteri hebat dan jujur tak seprti saat ini yang selalu korupsi. Banyak
pelajar yang semula mengalir layaknya air pegunungan yang halus dan lancar
namun akibat pendidikan Negara ini yang kurang berkualitas menjadikan
pelajar-pelajar ini mengalir layaknya air bah
yang mengalir dengan deras dan menghancurkan apapun yang berada di sekitar
mereka.
Guru
adalah ujung tombak pendidikan Negara ini. Tanpa guru Negara ini takkan pernah
berdiri seperti apa yang kita rasakan pada saat ini namun apa yang terjadi saat
ini? Guru-guru saat ini kualitasnya mulai menurun dalam melaksanakan tugasnya
di lembaga sekolah. Kualitas seorang guru mulai dipertanyakan, apakah ia
memiliki dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugasnya atau tidak?
Kualitas
guru yang menurun ini kebanyakan diimplikasikan oleh kurangnya kesadaran atau
keinginan untuk meningkatkan kualitas keilmuannya dan metode yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Metode yang diterapkan oleh guru-guru saat ini
kebanyakan adalah metode yang membosankan, metode yang sudah jadul bagi siswa
sehingga banyak siswa sekarang membolos sekolah dan lebih baik mencari kerja
dari pada belajar di sekolah. Mereka beranggapan bahwa metode yang diterapkan
ini tidak keren karena metode yang
diajarkan guru-guru saat ini adalah metode 90-an yang jelas gaya dan cara
pembawaan materi tidak mengikuti zaman. Tidak akan serasi jika gaya dan tingkah
laku anak masa sekarang dengan anak masa 90-an, bukan? Maka sama halnya dengan
metode pembelajaran masa 90-an dengan masa sekarang. Akan membosankan sekali
jika metode 90-an akan diterapkan saat ini.
Guru-guru sekarang sebagian tidak mempunyai dedikasi yang baik
dalam melaksanakan tugasnya. Mereka hanya mengincar gaji bukan karena untuk
memperhatikan masa depan murid-muridnya tak seperti cerita Bapak Oemar Bakri
yang sering diceritakan. Ia telah banyak menciptakan menteri-menteri yang
hebat. Apakah bisa sebagian guru yang berdedikasi hanya untuk mengincar uang dapat menciptakan menteri-menteri yang
hebat di masa yang akan datang? Sosok Oemar Bakri inilah yang di angan-angankan
Bangsa dan Negara kita di masa depan.
Zaman dan tekhnologi yang semakin maju nan modern menuntut
guru untuk lebih meningkatkan kreatifitas mereka dalam mengajar. Terlebih lagi
dengan adanya harapan guru di masa depan yang pastinya menuntut guru untuk
lebih berpikir relevan.
Guru masa depan saat pastinya akan sangat bergantung pada
internet. Tidak bisa tidak, guru Indonesia masa depan adalah guru yang dapat
menguasai internet. Relevan dengan Moore’s Law yang diciptakan oleh Gordon E
Moore bahwa ke depan setiap orang hendaknya akrab dengan “peralatan mikro”
supaya mampu mengikuti perkembangan informasi.
Memang harus disadari bahwa internet
bukanlah segala-galanya. Guru Indonesia masa depan memang harus menguasai
internet, tetapi di sisi yang lain harus tetap memahami kultur, sikap, dan
nilai keindonesiaan. Hal ini pun merupakan hal yang tidak bisa ditawar pula.
Jadi, guru Indonesia masa depan adalah guru yang tetap memahami kultur, sikap,
dan nilai keindonesiaan di satu sisi dan menguasai teknologi informasi di sisi
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar