expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 07 Juli 2013

10 tips menghapal Al-Qur'an



   
10 Tips Sederhana Untuk Menghafal Al Quran - Ada sebuah buku (minibook) menarik yang dikarang oleh salah satu penulis produktif di Mesir, DR Rajib Sirjani. Dalam bukunya Kaifa Tahfadzul Qur’an ia membahas hal-hal yang harus diperhatikan oleh para penghafal Al-Qur’an. Secara garis besar ia membuat dua pembahasan. Pembahasan pertama tentang tips-tips yang bersifat primer (asasiyah) dan tips kedua bersifat sekunder (musa’idah). Dan dalam setiap pembahasan tips ada sepuluh poin yang harus diperhatikan.

TIPS-TIPS PRIMER (ASASIYAH).

Tips ini harus dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an karena menjadi hal yang sangat mendasar selama menghafal. Ada sepuluh poin yang harus dimiliki oleh para penghafal Al-Qur’an baik sebelum, sesudah atau selama ia menjalani proses menghafal Al-Qur’an.

1. Ikhlas
Ikhlas merupakan fondasi terpenting dalam setiap pekerjaan. Hal ini disebabkan karena siapa saja yang melakukan sebuah pekerjaan bukan karena mengharap ridha Allah maka pekerjaannya akan sia-sia saja. Ia juga akan menjadi orang yang pertama kali disidang pada hari kiamat.

Sebuah hadits dari Imam Hakim menerangkan bahwa orang yang menghafal Al-Qur’an terbagi menjadi tiga golongan; golongan yang ingin pamer, golongan yang ingin mencari makan dari hafalannya dan golongan yang memang murni karena Allah.

Ketika kita tidak bisa ikhlas secara utuh maka kita bisa menggunakan alternatif pembantu yaitu dengan memperbanyak niat yang baik seperti niat dapat memperbanyak baca Al-Qur’an, bisa bertahajjud sambil mengulang hafalan, berharap bisa meraih kemuliaan orang yang menghafal Al-Qur’an, berharap agar orang tua kita dapat diberikan mahkota pada hari kiamat, agar terjauh dari azab akhirat, agar dapat mengajarkannya kembali pada orang lain, agar dapat menjadi suri tauladan baik bagi orang Muslim atau yang non-Muslim atau niat-niat baik yang lainnya. Yang penting kita berniat karena Allah dan bukan karena dunia.

2. Keinginan yang kuat
Menghafal Al-Qur’an adalah sebuah pekerjaan yang amat mulia maka hanya orang yang benar-benar mempunyai niat yang kuatlah yang dapat mencapainya. Pekerjaan yang hebat hanya dimiliki oleh orang-orang yang hebat pula. Sama halnya ketika seluruh orang ingin masuk surga, apakah seluruh orang itu benar-benar memiliki tekad yang kuat untuk mencapainya, ternyata tidak, hanya segelintir orang bukan!

Keinginan yang kuat ini terpancar dari usaha yang ia lakukan untuk mencapainya. Dari usaha yang terus menerus inilah yang akan membuatnya menjadi sebuah kebiasaan. Dan dari kebiasaan inilah yang membuatnya terus menerus menghafal, mengulang dan mematangkan hafalannya.

3. Mengetahui nilai menghafal Al-Qur’an
Orang yang mengetahui nilai sesuatu pasti akan berkorban apapun untuk meraihnya. Kalau manusia biasanya selalu mencurahkan seluruh usaha untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat duniawi lalu kenapa ia tidak melakukan hal yang sama untuk mencapai tujuan akhiratnya yang kekal.

Ketika kita mengetahui nilai pekerjaan yang kita lakukan maka kita akan semakin rindu untuk melakukannya. Ditambah lagi, orang yang mengetahui nilai suatu pekerjaan tidak sama dengan yang tidak mengetahuinya. Dan orang yang mengetahuinya secara global tentu tidak sama dengan yang mengetahuinya secara terperinci. Maka semakin kita mengetahui nilai pekerjaan itu lebih terperinci tentu akan membuat kita semakin berpacu untuk menggapainya.

Ada banyak kelebihan dan keutamaan bagi orang yang menghafal Al-Qur’an baik dalam Al-Qur’an itu sendiri atau hadits Nabi. Kita juga bisa menemukannya dalam beberapa literatur baik yang berbahasa Arab seperti At-tibyan fi adabi hamalatil Qur’an karya Imam Nawawi atau yang berbahasa Indonesia.

4. Mengamalkan apa yang ia hafal
Poin ini menjadi poin terpenting dari tujuan menghafal Al-Qur’an. Karena hafal semata tidak akan menghasilkan nilai yang berarti tanpa dibarengi dengan praktik realita. Hal inipun sudah disinggung oleh Anas bin Malik; berapa banyak orang yang membaca Al-Qur’an namun Al-Qur’an malah melaknatnya.

Metode inilah yang digunakan oleh para generasi terbaik, generasi sahabat. Umar bin Khatthab telah mengajarkan kita metode yang tokcer dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, ia tidak pernah menghafal sesuatu kecuali ia telah mengamalkannya dan ia akan pindah ke hafalan berikutnya setelah ia mengamalkannya dan begitu seterusnya.

Ali bin Abi Thalib juga pernah mempred
iksi bahwa nanti suatu saat akan ada sebuah kaum yang ilmu mereka tidak lebih dari kerongkongan saja karena apa yang mereka lakukan berbeda dengan apa yang mereka ketahui. Bukankah orang yang mengamalkan apa yang ia tahu akan Allah berikan padanya hal-hal yang belum ia tahu.

5. Meninggalkan dosa dan maksiat
Hati yang sering berbuat maksiat tidak akan bisa menampung cahaya Al-Qur’an. Semakin ia bermaksiat maka akan mempengaruhi hatinya. Ketika hatinya semakin keruh maka lemahlah kemampuannya dalam menghafal Al-Qur’an yang suci. Karena dosa ibarat sebuah titik, semakin banyak ia bermaksiat dan berdosa maka akan semakin banyaklah titik hitam dalam hatinya, namun ia bisa dihapus dengan bertaubat dan memperbanyak istighfar.

Imam Syafi’i juga pernah mengalami hal ini kemudian bertanya kepada Imam Waqi’ yang akhirnya beliau membuat dua syair yang sangat terkenal, Syi’ir Syakautu ila Waqi’. Seorang Tabi’in (Dohhak bin Mazahim) pernah berkata tak ada seorang pun yang belajar Al-Qur’an kemudian ia lupa kecuali karena dosa yang ia perbuat. Dan melupakan Al-Qur’an termasuk musibah terbesar.

6. Berdoa
Berdoa merupakan senjata orang Islam. Karena ia yakin bahwa tidak ada yang sia-sia dari doanya, ia selalu yakin bahwa Allah selalu mengabulkan doa mereka baik secara langsung, ditunda waktunya atau diganti dengan yang lebih baik.

Ada beberapa waktu yang tepat dalam berdoa seperti waktu sahur, usai shalat, sepuluh akhir Ramadhan, apalagi ketika kita sendiri dalam keheningan malam, ketika hujan, dalam perjalanan dan lain-lain. Selain itu ada beberapa tempat yang dapat mempercepat terkabulnya doa kita seperti di tanah haram (Mekkah dan Medinah), Hajar Aswad, Ka’bah, Raudhah dan lain-lain.

7. Pemahaman yang benar
Orang yang paham arti apa yang ia hafal akan lebih mudah menghafalnya dibanding mereka yang tidak paham. Dalam membantu pemahaman, kita bisa menggunakan beberapa alternatif seperti Al-Qur’an terjemah, tafsir yang simple atau yang lebih terperinci kajiannya.

8. Membaca dengan tajwid
Membaca Al-Qur’an dengan tajwid akan sangat membantu hafalan. Orang yang menghafal tanpa tajw
id akan sangat sulit untuk dibenarkan ketika ia sudah selesai menghafal karena ia sudah terbiasa membaca dengan bacaannya yang salah. Apalagi orang yang membaca dengan tajwid ternyata mendapat pahala yang lebih besar.

Yang harus diperhatikan dalam belajar tajwid adalah harus mengambil dari seorang guru yang sudah mantap hafalan dan bacaannya, dan tidak cukup belajar dari buku saja. Setelah belajar dari seorang guru yang hebat mungkin dia bisa menggunakan sarana pembantu seperti mendengar dari kaset atau komputer dan lain-lain.

9. Terus membaca Al-Qur’an
Orang yang sering membaca Al-Qur’an akan lebih banyak mendapat pahala dan di sisi lain hal itu akan mempermudah dan memperkuat hafalannya. Karena terus menerus membaca Al-Quran akan memindahkan daya ingatannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Biasanya para sahabat menghatamkan Al-Qur’an dalam seminggu. Hanya sebagian yang kurang dari itu dan hanya sebagian kecil yang lebih dari itu.

10. Membaca dalam shalat
Bagi yang berkesempatan menjadi imam maka ia dapat langsung mengulang hafalannya. Namun bagi yang tidak menjadi imam ia dapat melakukannya ketika shalat malam, usai shalat isya, shalat dhuha atau shalat sunnah lainnya.

Senin, 24 Desember 2012

sosok guru masa depan



H
ari PGRI telah berlalu. Sebagian guru senang hari itu datang dan sebagian juga mungkin menganggap itu hanya hari biasa yang berarti sama dengan hari-hari yang selalu dilewati. Itu hal yang mungkin saja terjadi namun kebanyakan atau sebagian banyak guru pasti bahagia dengan datangnya hari itu. Namun yang perlu dipertanyakan adalah apa effect dari hari itu bagi guru-guru?
            Dewasa ini banyak pelajar-pelajar yang mati karena tawuran antar sekolah dan juga konflik-konflik yang ditimbulkan oleh pelajar-pelajar bangsa seumuran kita yang telah membuat pemerintah kewalahan. Apakah ini karena pendidikan mereka? Lalu jika yang salah pendidikan mereka maka siapa yang mendidik mereka? Jelas yang mendidik pelajar adalah guru. Jadi apakah guru yang salah? Bukan hanya guru yang salah tetapi kita sebagai pelajar juga salah.
            Banyak yang salah dalam pendidikan di Negara Indonesia saat ini tak seperti dahulu waktu zaman penjajahan Jepang yang dimana banyak pelajar yang terlahir menjadi menteri-menteri hebat dan jujur tak seprti saat ini yang selalu korupsi. Banyak pelajar yang semula mengalir layaknya air pegunungan yang halus dan lancar namun akibat pendidikan Negara ini yang kurang berkualitas menjadikan pelajar-pelajar ini mengalir layaknya air bah yang mengalir dengan deras dan menghancurkan apapun yang berada di sekitar mereka.
            Guru adalah ujung tombak pendidikan Negara ini. Tanpa guru Negara ini takkan pernah berdiri seperti apa yang kita rasakan pada saat ini namun apa yang terjadi saat ini? Guru-guru saat ini kualitasnya mulai menurun dalam melaksanakan tugasnya di lembaga sekolah. Kualitas seorang guru mulai dipertanyakan, apakah ia memiliki dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugasnya atau tidak?
            Kualitas guru yang menurun ini kebanyakan diimplikasikan oleh kurangnya kesadaran atau keinginan untuk meningkatkan kualitas keilmuannya dan metode yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Metode yang diterapkan oleh guru-guru saat ini kebanyakan adalah metode yang membosankan, metode yang sudah jadul bagi siswa sehingga banyak siswa sekarang membolos sekolah dan lebih baik mencari kerja dari pada belajar di sekolah. Mereka beranggapan bahwa metode yang diterapkan ini tidak keren karena metode yang diajarkan guru-guru saat ini adalah metode 90-an yang jelas gaya dan cara pembawaan materi tidak mengikuti zaman. Tidak akan serasi jika gaya dan tingkah laku anak masa sekarang dengan anak masa 90-an, bukan? Maka sama halnya dengan metode pembelajaran masa 90-an dengan masa sekarang. Akan membosankan sekali jika metode 90-an akan diterapkan saat ini.
Guru-guru sekarang sebagian tidak mempunyai dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Mereka hanya mengincar gaji bukan karena untuk memperhatikan masa depan murid-muridnya tak seperti cerita Bapak Oemar Bakri yang sering diceritakan. Ia telah banyak menciptakan menteri-menteri yang hebat. Apakah bisa sebagian guru yang berdedikasi hanya untuk mengincar  uang dapat menciptakan menteri-menteri yang hebat di masa yang akan datang? Sosok Oemar Bakri inilah yang di angan-angankan Bangsa dan Negara kita di masa depan.
Zaman dan tekhnologi yang semakin maju nan modern menuntut guru untuk lebih meningkatkan kreatifitas mereka dalam mengajar. Terlebih lagi dengan adanya harapan guru di masa depan yang pastinya menuntut guru untuk lebih berpikir relevan.
Guru masa depan saat pastinya akan sangat bergantung pada internet. Tidak bisa tidak, guru Indonesia masa depan adalah guru yang dapat menguasai internet. Relevan dengan Moore’s Law yang diciptakan oleh Gordon E Moore bahwa ke depan setiap orang hendaknya akrab dengan “peralatan mikro” supaya mampu mengikuti perkembangan informasi.
           Memang harus disadari bahwa internet bukanlah segala-galanya. Guru Indonesia masa depan memang harus menguasai internet, tetapi di sisi yang lain harus tetap memahami kultur, sikap, dan nilai keindonesiaan. Hal ini pun merupakan hal yang tidak bisa ditawar pula. Jadi, guru Indonesia masa depan adalah guru yang tetap memahami kultur, sikap, dan nilai keindonesiaan di satu sisi dan menguasai teknologi informasi di sisi lain.

Isu-isu Kiamat tak benar adanya



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakhatuh
Kalian tahu-kan film yang berjudul  2012 yang mengisahkan tentang musnahnya dunia. Sangat bagus bukan. Visual efeknya yang keren ditambah dengan cerita yang selalu menegangkan dari awal hingga akhir. It’s amazing.
Tahukah anda film itu dibuat berdasarkan tentang sebuah ramalan yang pasti anda tahu, yaitu ramalan yang berasal dari suku maya. Suku yang hidup ribuan tahun lalu. Menurut kalender yang dibuat oleh suku ini dunia akan berakhir pada tanggal 21-12-2012. Menurut suku maya bumi akan mengalami evolusinya seperti yang telah terjadi dahulu ketika dinosaurus punah. Evolusi bumi ini terjadi setiap 640.000 tahun sekali. Nah, suku maya menafsirkan bahwa pada tanggal 21-12-2012 inilah bumi akan berevolusi kembali.
Hal ini yang menyebabkan hampir seluruh warga bumi percaya bahwa pada tanggal itu akan terjadi kiamat atau berakhirnya bumi. Pada tanggal sebelumnya semua warga bumi panic luar biasa.  Namun kepanikkan warga ini dimanfaatkan oleh dinas pariwisata di Meksiko, dinas pariwisata meksiko membuka wilayah peninggalan suku maya sebagai bukti terjadinya kiamat. Orang-orang banyak mendatangi tempat wisata ini atau wilayah peninggalan suku maya ini. Orang-orang berniat datang untuk menikmati kiamat di tempat bersejarah. Menurut data yang saya dapatkan, 15% warga bumi meyakini bahwa pada tanggal 21-12-2012 ini akan terjadi kiamat yang sungguh-sungguh. Bahkan di Negara China sangat heboh dan hamper seluruh warga China mempercayai pada tanggal itu bumi akan gelap gulita sehingga pesanan lilin dan korek melonjak drastis ini juga mengakibatkan pedagang-pedagang mendapat untung yang darastis hanya melalui pemborongan lilin yang sangat besar.